Pertamina Kembangkan Bensin dari Minyak Sawit

EKONOMI25 Dilihat
banner 468x60
PT Pertamina (Persero) siap memproduksi bahan bakar ramah lingkungan. Setelah sukses dengan Green Diesel (D-100) yang memakai pengolahan minyak sawit 100%, Pertamina akan memproduksi green energy lainnya seperti Green Gasoline (bensin) dan Green Avtur. (detikOto)

JAKARTA, sln70-news.com – PT Pertamina (Persero) siap memproduksi bahan bakar ramah lingkungan. Setelah sukses dengan Green Diesel (D-100) yang memakai pengolahan minyak sawit 100%, Pertamina akan memproduksi green energy lainnya seperti Green Gasoline (bensin) dan Green Avtur.

Langkah ini sesuai arahan Presiden Joko Widodo yang menekankan pentingnya menghasilkan Bahan Bakar Nabati (BBN) dengan mendayagunakan sumber daya alam domestik untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional.

banner 336x280

“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan green energy seperti B30 dan B50 serta D-100. Pertamina telah menyelesaikan penyiapan kilang dan katalis merah putih, yang nantinya akan dilanjutkan dengan kajian keekonomian,” ujar Nicke seperti tertulis dalam keterangan resminya.

Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif, menambahkan selain Green Diesel, Pertamina sudah melakukan uji coba Green Gasoline.

“Untuk Green Gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak 2018, 2019 dan 2020 di Kilang Plaju dan Cilacap. Namun uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20%,” katanya.

BACA JUGA:  Panen Raya Kodim 0201/BS Diharapkan Dukung Ketahanan Pangan

Meski baru mampu mengolah minyak sawit 20% menjadi bensin, ini menjadi yang pertama di dunia. Pengolahan minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.

“Mengolah minyak sawit menjadi green diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia, namun mengolah minyak sawit menjadi green gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset,” ujar Budi.

Budi menambahkan, tantangan ke depan, Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya seperti algae, gandum, sorgum dan sebagainya.

Pertamina telah menggunakan Biosolar atau fatty acid methyl ester (FAME) untuk program biodiesel sejak tahun 2006 dan hingga tahun 2017. Selama 11 tahun, penyerapan FAME mencapai 9,2 juta kiloliter. Pada tahun 2018, Pertamina menjalankan Program B20 di mana penyerapan FAME sebesar 3,2 juta KL yang pencampurannya dilakukan di 69 lokasi. Melalui Program B30, pada tahun 2019, penyerapan FAME meningkat tajam sebesar 5,5 juta KL dan tahun 2020 ditargetkan meningkat menjadi 8,38 juta KL.

BACA JUGA:  Pendapatan Menurun, Pemko Medan Defisit Rp24 Miliar Per Bulan

Implementasi program B20 dan B30 di tahun 2019 telah menghemat devisa negara sebesar Rp 43,8 triliun dan tahun 2020. Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp 63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang.

“Seiring berjalannya waktu terdapat trend shifting pada penggunaan bahan bakar, yaitu semula bahan bakar fosil perlahan bergeser ke bahan bakar terbarukan. Pola pemenuhan energi nasional pun mengalami perubahan dari sebelumnya mengandalkan foreign supply menjadi domestik supply. Untuk itu kita harus terus berupaya memaksimalkan dalam hal pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya lokal yang kita miliki,” pungkas Budi.

sumber: detik.com

banner 336x280