MEDAN, sln70-news.com – Sehari sebelum memasuki bulan Ramadan, warga di Gang Merdeka, Lingkungan IX, Kelurahan Seimati, Kecamatan Medan Maimun, Sumatera Utara (Sumut), memiliki tradisi tersendiri setelah melakukan ziarah di kuburan maupun mandi pangir untuk membersihkan diri di sungai.
Tradisi yang setiap tahun dilaksanakan masyarakat di kampung itu, adalah dengan membawa alat – alat memasak ke loteng rumah tempat tinggalnya. Kebiasaan ini bukan tanpa alasan bagi mereka yang tinggal di daerah aliran sungai (DAS). Ada yang diantisipasi di setiap ramadan.
“Setiap sahur, warga di sini lebih banyak makan di loteng. Bahkan, sesama warga pun saling mengingatkan ketika sahur dari loten Satu sama lainnya saling bersahut-sahutan. Ini untuk membantu warga yang hendak melaksanakan ibadah puasa meski suara dari masjid sudah mengingatkan setiap sahur,” ujar seorang warga di Gang Merdeka, Ramlan (46).
Ramlan mengatakan, masyarakat di kampung itu memiliki tradisi tersendiri, yang berbeda dengan dilakukan warga lain. Bahkan, untuk memasak makanan untuk sahur pun terkadang dilakukan di loteng rumah. Hidangan makanan itu tidak lagi ditempatkan di dapur rumahnya.
“Tradisi ini untuk mengantisipasi meluapnya air sungai. Sebab, sekitar dua tahun lalu, kampung ini kebanjiran. Air sungai merendam pemukiman warga dengan ketinggian dua meter. Makanan sahur pun lenyap ditelan air sungai. Bayangkan saja, warga tetap menjalankan ibadah puasanya meski tanpa makan saat sahur,” kata Ramlan.
Rahmad (50), warga lainnya menyampaikan, kegiatan melakukan sahur di loteng rumah, juga disebabkan kondisi cuaca yang kurang bersahabat, selama beberapa hari belakangan ini. Di akhir pekan lalu, hujan deras membuat sungai meluap dan merendam pemukiman masyarakat setempat.
“Kita yang sudah terbiasa dalam menghadapi fenomena alam ini pun melakukan antisipasi supaya tidak terimbas bencana. Beberapa tahun lalu, bencana itu merenggut beberapa orang warga di sini. Kejadiannya persis di saat warga melaksanakan ibadahnya di Bulan Suci Ramadan,” ujar Rahmad.
Rahmad mengharapkan, musibah yang sudah jauh berlalu itu tidak terjadi lagi. Masyarakat selalu memanjatkan doa agar ibadah puasa dijalankan tanpa ada luka maupun kesedihan di antara warga. Masyarakat bersukaria ketika menyambut bulan puasa tersebut.
Tidak hanya di Gang Merdeka, tradisi yang dilakukan masyarakat sebelum menjalankan ibadah puasa, adalah mandi pangir. Salah satu lokasi pemandian alam yang ramai dikunjungi masyarakat untuk mandi pangir (Marpangir) itu terdapat di Pemandian Sembahe.
“Setiap harinya selama beberapa hari sebelum memasuki ramadan, ada ratusan warga yang datang untuk mandi di aliran sungai ini. Ini merupakan tradisi setiap tahun sebelum melaksanakan ibadah puasa,” ujar salah seorang warga Sembahe, Makmur (40).
Petugas jaga pemandian Sembahe ini menyampaikan, mandi pangir oleh masyarakat itu merupakan bagian dari tradisi. Tidak hanya orangtua, kalangan muda pun juga melakukan mandi pangir. Tradisi ini sudah lama dilakukan sebagian masyarakat, turun-temurun dari generasi sebelumnya.
“Kalau menurut pengakuan masyarakat, marpangir itu bertujuan untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa. Biasanya, orang yang marpangir melakukannya bersama keluarga. Mereka mandi di sungai,” imbuh Makmur.
sumber: beritasatu.com