
MEDAN, sln70-news.com – Warga Komplek Asrama Polisi (Aspol) Pulo Brayan Kota Jalan KL Yos Sudarso keberatan atas penjebolan dinding pembatas komplek dengan pemukiman warga Lingkungan I, Kelurahan Pulo Brayan Kota, Kecamatan Medan Barat.
Jebolnya dinding itu membuat warga yang tinggal di komplek itu terendam air setinggi lutut orang dewasa. Kondisi ini diperparah lagi ketika hujan deras mengguyur.
Permasalahan tersebut sudah dilaporkan warga kepada, Marbun, Kepala lingkungan (Kepling) I, Kelurahan Pulo Brayan Kota, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya.
“Kepling sepertinya tidak perduli dengan keresahan warga, yang mengalami dampak dari dijebolnya dinding pembatas komplek. Air begitu deras masuk ke areal komplek,” ucap Warga Aspol Pulo Brayan kota, Sinaga kepada Metro24, Rabu (4/11).
Penjebolan dinding pembatas komplek, lanjutnya, sudah berulang kali terjadi. Warga pun menutupnya dengan semen, agar air pembuangan dari pemukiman warga Lingkungan I tidak masuk ke areal komplek. Kon
“Begitu lubang dinding yang dijebol ditutup, maka muncul lagi lubang baru yang dijebol. Kita tidak tahu siapa yang menjebolnya. Kita juga sudah mempertanyakan masalah penjebolan dinding ini ke kepling,” ucapnya lagi.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa memberikan izin begitu saja kepada warga lain untuk menjebol pagar pembatas kompleks demi kepentingan individu. “Pemerintah tidak bisa seenaknya menjebol pagar pembatas untuk orang lain, menjadi saluran air,” tegas Sinaga.
Salah seorang Warga lingkungan I menjelaskan, dengan dijebolnya pagar pembatas diharapkan bisa mengurangi genangan air yang biasanya terjadi di kawasan tersebut ketika hujan deras. “Ini salah satu upaya kita, untuk mengatasi masalah banjir di kawasan ini,” cetus warga yang meminta namanya tidak dipublikasikan.
Terpisah, Kepling I Kelurahan Pulo Brayan Kota, Marbun ketika dikonfirmasi soal penjebolan dinding pembatas komplek Aspol mengatakan, dia tidak mengetahui siapa yang menjebolnya. Hanya saja, air yang mengalir dari lubang tesebut bukan air comberan, namun air hanyut ketika diguyur hujan.
“Permasalahan ini sudah lama, mulai dari kepala asrama yang lama. Dinding itu bukan dijebol, kan memang ada beberapa titik saluran yang sengaja dibuat sewaktu pengecoran,” ucap Marbun.
Kendati demikian, dia berharap warga yang resah duduk bersama untuk mencari solusi, bukan menuding Kepling yang memerintahkan untuk membobolnya.
“Kalau mereka resah, kenapa tidak menjumpai aku. Jangan emosi, dia (Sinaga, red) tinggal dimana, kok baru tahu aku kepling begitu ada masalah. Sama-sama kita memikirkannya, jangan melalui telepon bentak awak,” cetus Marbun. (adlan)