Ekonomi Nasional Terancam Krisis, Sumut Berpeluang Keluar dari Resesi

Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.

MEDAN, sln70-news.com – Meskipun Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan II-2020 minus 3,8-7%, namun Sumatra Utara (Sumut) diprediksi masih akan lebih kokoh dibandingkan nasional sehingga ekonominya diperkirakan hanya minus 1,6%.

“Sumut masih akan mampu merealisasikan angka pertumbuhan minus 1,6%. Saya belum merevisinya, meskipun masih ada peluang hingga akhir Juni ini pertumbuhan ekonomi bisa di atas minus 2%. Tetapi saya tetap yakin, Sumut masih memiliki peluang untuk selamat dari jurang resesi dibandingkan dengan ekonomi nasional,” kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (27/6/2020).

Sebelumnya, IMF telah merevisi ekspektasi pertumbuhan ekonomi dunia. Untuk Indonesia di tahun 2020 ini pertumbuhannya akan minus 0,3%. Jika mengacu kepada ekspektasi pertumbuhan ekonomi oleh IMF tersebut, maka di triwulan II dan III, Indonesia sangat potensial akan merealisasikan pertumbuhan negatif. Berarti jika asumsi Menteri Keuangan di triwulan II Indonesia tumbuh negatif dikisaran 3,8%, maka skenario Indonesia bisa keluar dari jurang resesi adalah setidaknya berharap pertumbuhan ekonomi di triwulan II dan III bisa di atas sedikit dari angka 0%. Namun, jika ternyata pertumbuhan ekonomi yang terealisasi seperti perhitungan BPS, maka Indonesia sudah masuk jurang resesi.

Dengan asumsi pertumbuhan di triwulan II sebesar 3,8%, Indonesia tetap berpeluang resesi. Meski nanti akan sangat bergantung dari dinamika perkembangan covid-19 serta adaptasi kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dalam menyikapinya.

Untuk Sumut yang berpeluang keluar dari jurang resesi, itu karena daerah ini memiliki basis industri di sektor pertanian yang cukup kuat. Sekalipun masih tertinggal dalam pengembangan industri manufaktur atau industri hilirnya. Akan tetapi, di tengah krisis seperti sekarang justru Sumuy akan lebih tahan banting. Sehingga jika mengacu kepada terminologi bahwa resesi adalah kondisi dimana pertumbuhan minus selama dua triwulan berturut-turut, maka Sumut akan mampu melewati resesi tersebut.

Tetapi jika resesi diterjemahkan sebagai pertumbuhan turun meskipun tidak negatif, maka resesi sudah terjadi lebih awal. “Jadi saya menyarankan agar pemerintah tetap menyalurkan jaringan pengaman sosial bagi masyarakat selama masa pandemi ini. Dan dibutuhkan rumusan yang jitu dimana ekonomi tetap berjalan di tengah wabah, namun mampu meminimalisir korban corona,” kata Gunawan.

Dia mengatakan, meksipun sebuah keniscayaan, tetapi skema New Normal sekarang ini sudah lebih banyak memakan korban. Dan tantangan untuk merumuskan bagaimana ekonomi bisa berjalan di tengah ancaman resesi tentunya semakin rumit.

Di level mikro, tantangan ke depannya, sejumlah dunia usaha masih mempertimbangkan untuk menutup usaha karena New Normal belum menjanjikan keuntungan. Jika direspon dengan membuka seluas,-luasnya aktivitas masyarakat, lingkaran selanjutnya adalah masalah daya beli. Dimana aktivitas masyarakat yang longgar, jika tanpa dibarengi dengan pemulihan daya beli, ekonomi juga masih sulit untuk kembali normal seperti sedia kala.

“Covid-19 memang tidak bisa dipungkiri telah menciptakan lingkaran setan dan menciptakan simalakama kebijakan,” kata Gunawan.

sumber: medanbisnisdaily.com